Kuda
Lumping atau bahasa populernya di tempat saya (Pengaringan) adalah Ebeg adalah seni
tradisional seperti yang ada di daerah2 lain di Jawa. Untuk di
Watulawang sendiri, seni kuda lumping masih sangat klasik, belum
terjamah oleh seni modern, tapi justru yang klasik ini malah di mata
masyarakat di lestarikan, karena itu warisan nenek moyang.
Seperti
umumnya, kuda lumping di mainkan oleh 12 orang yang menunggang kuda
memakai kostum ksatria, 2 orang memainkan barong,dan 2 orang lagi
memakai topeng yang di sebut cepet dan penthul yang biasa ngelawak. Kuda
disini bukan kuda beneran tapi kuda kepang, atau kuda lumping, yaitu
gambar kuda yang terbuat dari anyaman bambu, kemudian di bentuk
menyerupai kuda, dan di beri warna. Musik yang mengiringi berupa
seperangkat gamelan , dan di lengkapi juga dengan wawanggana atau
sinden. Gending – gending yang di bawakan biasanya juga gending- gending
klasik pada umumnya. Pada seni ini juga ada acara kesurupan, setelah
mengiringi beberapa gending, biasanya di adakan janturan ( memasukkan
roh halus pada para pemain ) sehingga para pemain kesurupan. Dan satu
persatu di sembur, atau di timbul agar tersadar dari kesurupan nya.
Dalam
pementasan ini juga harus di sediakan macam macam sesaji di meja kusus
sajen, untuk ngasih makan para roh halus yang masuk ke dalam tubuh para
pemain.
No comments:
Post a Comment